Medan - Menghadapi skala kerusakan yang luas akibat bencana hidrometeorologi di Sumatra, PT Hutama Karya (Persero) tidak hanya mengandalkan bantuan langsung, tetapi menerapkan strategi penanganan yang komprehensif dan berlapis. Strategi ini diwujudkan melalui program “HK Peduli” yang dirancang untuk menjawab tantangan multidimensi pascabencana, mulai dari darurat kemanusiaan hingga pemulihan infrastruktur dasar. Executive Vice President Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Mardiansyah, menegaskan bahwa langkah ini berangkat dari semangat kebangsaan dan peran BUMN untuk hadir cepat di tengah kesulitan masyarakat. Fokusnya adalah mempercepat pemenuhan kebutuhan dasar dan pemulihan akses transportasi agar aktivitas sosial-ekonomi segera bergerak kembali.
Lapisan pertama strategi ini adalah penanganan darurat kemanusiaan melalui pendirian posko evakuasi terpadu. Seperti yang dioperasikan di Rest Area KM 41 B, Ruas Tol Binjai–Langsa, posko ini berfungsi sebagai hunian sementara yang menyediakan kebutuhan paling primer: tempat tinggal yang aman, makanan dari dapur umum, layanan kesehatan dasar, dan fasilitas sanitasi yang layak. Keberadaan ruang laktasi dan kamar mandi terpisah menunjukkan perhatian pada kelompok rentan. Posko ini menjadi basis logistik sekaligus simbol kehadiran negara melalui BUMN di lokasi terdampak paling parah.
Lapisan kedua adalah memastikan distribusi bantuan logistik berjalan lancar dan merata ke titik-titik pengungsian lain yang lebih tersebar. Hutama Karya menyalurkan bantuan tidak hanya dari posko utamanya, tetapi juga langsung ke desa-desa, seperti di Desa Tijien Husein (Pidie Jaya) dan Desa Meunasah Pulo (Bireuen) di Aceh. Bantuan berupa bahan pokok, pakaian, selimut, perlengkapan bayi, dan paket kebersihan didistribusikan melalui koordinasi dengan kepala desa dan instansi seperti Balai Wilayah Sungai Sumatera I. Pendekatan dari hulu ke hilir ini memastikan bantuan sampai ke tangan penerima yang seringkali terisolasi akibat putusnya akses jalan.
Lapisan ketiga dan yang paling krusial untuk pemulihan jangka menengah adalah rehabilitasi infrastruktur akses. Hutama Karya, dengan kapasitas teknisnya sebagai perusahaan infrastruktur, menyiapkan solusi darurat seperti jembatan bailey. Jembatan portabel ini dapat dipasang relatif cepat untuk menggantikan jembatan yang rusak atau hanyut, menghubungkan kembali desa-desa yang terisolasi. Selain itu, perusahaan juga memobilisasi alat-alat berat seperti ekskavator dan bulldozer ke lokasi yang ditentukan oleh BPBD setempat untuk membersihkan material longsor dan merekayasa jalan yang rusak parah.
Strategi inovatif lainnya adalah memanfaatkan infrastruktur yang sedang dalam pembangunan untuk tujuan kemanusiaan. Berkoordinasi dengan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Hutama Karya mengoperasikan secara fungsional Jalan Tol Sigli–Banda Aceh Seksi 1 (Padang Tiji–Seulimeum) selama periode tertentu. Ruas tol yang sebenarnya masih dalam tahap proyek ini sengaja dibuka untuk melancarkan distribusi bantuan skala besar dan pergerakan kendaraan tanggap darurat menuju wilayah bencana di Aceh. Langkah ini menunjukkan fleksibilitas dan kemampuan adaptasi dalam kondisi luar biasa.
Seluruh operasi ini dijalankan dengan semangat kolaborasi yang kuat. Di posko Langkat, Hutama Karya bekerja bahu-membahu dengan BPBD, TNI/Polri, dan pemerintah daerah. Di lapangan, mobilisasi alat berat dan penempatan jembatan bailey dilakukan berdasarkan arahan dan kebutuhan yang diidentifikasi oleh BPBD Aceh dan pemerintah provinsi. Sinergi ini mencegah duplikasi upaya dan memastikan sumber daya dialokasikan ke area yang paling membutuhkan, sekaligus memperkuat kapasitas respons institusi pemerintah daerah.
Dampak dari strategi komprehensif ini telah dirasakan masyarakat. Ahmad Syarif, pengungsi di Langkat, berharap perbaikan akses jalan dan jembatan yang dilakukan segera memulihkan konektivitas agar anak-anaknya bisa kembali bersekolah. Di Pidie Jaya, Nur Aini mengakui bantuan logistik telah mengurangi kecemasan keluarganya akan makan sehari-hari, sambil menunggu jalan dan jembatan normal sehingga ekonomi kampung dapat hidup kembali. Ucapan mereka merepresentasikan dua sisi kebutuhan yang berhasil dijangkau oleh strategi Hutama Karya: kebutuhan hidup darurat dan harapan untuk pemulihan berkelanjutan.
Dengan pendekatan multidimensi yang mencakup aspek kemanusiaan, logistik, dan teknis, Hutama Karya melalui HK Peduli telah mencontohkan bentuk tanggung jawab sosial korporasi yang transformatif. Peran BUMN tidak berhenti pada filantropi, tetapi meluas menjadi enabler atau pemungkin bagi proses pemulihan daerah bencana yang lebih cepat dan tertata. Model penanganan seperti ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi kolaborasi antar-pemangku kepentingan dalam mengelola situasi darurat bencana di masa depan.