Jakarta - Dalam situasi pascabencana yang kritis, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menetapkan prioritas yang jelas: membuka akses logistik ke daerah-daerah yang masih terisolasi. Menteri PUPR Dody Hanggodo menekankan bahwa fokus utama saat ini adalah daerah-daerah seperti Tapanuli di Sumatera Utara dan Aceh Tamiang, yang akses jalannya masih terputus total atau sangat terbatas. Hal ini dilakukan mengingat stok bahan pokok di daerah tersebut menipis dan banyak masyarakat yang kesulitan memperoleh pangan.
Kondisi di Tapanuli menjadi perhatian khusus karena wilayah ini bergantung pada satu akses darat utama melalui pantai utara Sumatera. Jalan menuju Tapanuli Utara, Tengah, dan Selatan saat ini masih menjadi fokus penanganan berat. "Jalur dari Sumut ke arah barat belum terbuka sehingga distribusi bantuan terhambat," ujar Menteri Dody, menjelaskan kompleksitas upaya pembukaan akses. Upaya gabungan dari Dinas PU, TNI, dan Polri berhasil membuka jalur Tarutung-Padangsidimpuan, sebuah perkembangan yang memberi harapan.
Di Aceh, selain upaya di Aceh Tamiang, perhatian juga tertuju pada pemulihan ruas-ruas jalan strategis. Meski truk kecil sudah bisa mulai melintas di ruas Sigli-Bireuen, pekerjaan masih panjang. Tantangan terbesar adalah lokasi-lokasi yang masih terendam banjir dalam, yang membutuhkan waktu sebelum alat berat dapat bekerja. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan membersihkan titik-titik yang memungkinkan terlebih dahulu untuk membuka akses darurat.
Kerja sama dan koordinasi menjadi kunci dalam operasi sebesar ini. Kementerian PU tidak bekerja sendiri; mereka mengerahkan sumber daya dari balai-balai teknis setempat dan tidak segan menarik bantuan dari provinsi tetangga yang tidak terdampak, seperti Riau, Bengkulu, dan Lampung, jika kebutuhan alat berat dan personel meningkat. Sinergi dengan BPBD dan pemerintah daerah juga terus diperkuat agar penanganan di lapangan lebih terarah dan efektif.
Di balik upaya teknis pembukaan jalan, terdapat urgensi kemanusiaan yang sangat mendesak. Bencana ini telah menyebabkan korban jiwa yang besar, dengan 604 meninggal dan 468 orang masih dinyatakan hilang berdasarkan data BNPB. Ribuan orang, seperti lebih dari 15.000 jiwa di Tapanuli Utara, masih harus tinggal di pengungsian. Bagi mereka, setiap jam keterisolasian berarti penderitaan yang berlanjut.
Oleh karena itu, upaya yang dilakukan Kementerian PU saat ini bersifat multidimensi. Selain memperbaiki jalan, tim di lapangan juga terlibat dalam aktivitas kemanusiaan seperti membantu pencarian korban, menormalisasi alur sungai, dan membersihkan sedimen. Semua langkah ini adalah bagian dari satu tujuan: menyelamatkan nyawa dan meringankan beban warga terdampak secepat mungkin.
Meski untuk pemulihan dan rehabilitasi total infrastruktur yang rusak parah diperkirakan membutuhkan waktu bertahun-tahun, langkah darurat yang kini dikerahkan adalah fondasi penting. Membuka akses hari ini bukan hanya tentang menghubungkan titik A ke titik B, tetapi tentang menghubungkan harapan dan bantuan kepada saudara-saudara yang paling membutuhkan di Sumatera.