CNBC Indonesia/Tri Susilo

RI Perlu Waspada, Diperkirakan Konsumsi Batu Bara Dari China Akan Menurun Pada Tahun 2025

Rabu, 29 Jan 2025

Pembangkit listrik yang mengandalkan sumber daya fosil, terutama batu bara thermal, diperkirakan akan mengalami penurunan pada tahun 2025. Ini akan menjadi penurunan pertama dalam sepuluh tahun terakhir. Penurunan terakhir dalam produksi energi thermal terjadi pada tahun 2015, ketika pertumbuhan permintaan listrik melambat akibat krisis ekonomi.

Meskipun demikian, gelombang panas yang ekstrem diprediksi akan tetap menjadi tantangan signifikan, karena dapat meningkatkan penggunaan batu bara akibat meningkatnya permintaan listrik untuk pendingin udara. Selain itu, keterbatasan kapasitas transmisi juga dapat menghambat pemanfaatan energi terbarukan.

Meskipun demikian, penurunan produksi listrik dari sumber energi fosil tahun ini memberikan sinyal positif bagi upaya dekarbonisasi sektor kelistrikan di China, yang saat ini masih berkontribusi sebesar 60% terhadap emisi karbon.

Negara yang dijuluki Sang Naga Asia ini menargetkan untuk mencapai emisi karbon nol pada tahun 2060, dengan puncak emisi diperkirakan dapat tercapai sebelum tahun 2030.

Kapasitas Energi Baru Terbarukan China Mencapai Rekor Baru

Menurut laporan Reuters, pada tahun 2024, China kembali mencatatkan rekor dalam penambahan kapasitas energi baru terbarukan (EBT). Hal ini berbeda dengan keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang baru-baru ini menarik diri dari perjanjian iklim Paris.

Saat ini, pembangkit listrik energi terbarukan terbesar di dunia adalah Bendungan Tiga Ngarai (Three Gorges Dam) yang terletak di China. Meskipun bendungan ini lebih dikenal sebagai pembangkit listrik tenaga air, ia juga memanfaatkan energi terbarukan dalam skala besar. Dengan kapasitas terpasang sekitar 22.500 MW, bendungan ini menjadi pembangkit listrik terbesar di dunia berdasarkan kapasitas produksi.

Selain itu, terdapat proyek energi terbarukan besar lainnya, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya Tengger Desert Solar Park di China, yang merupakan salah satu taman surya terbesar di dunia dengan kapasitas sekitar 1.547 MW, serta Pembangkit Listrik Tenaga Angin Gansu, yang merupakan kompleks tenaga angin terbesar di dunia dengan kapasitas terpasang lebih dari 6.000 MW, dan direncanakan akan mencapai 20.000 MW di masa mendatang.

Pada tahun 2024, China berhasil mencatatkan rekor baru dalam peningkatan kapasitas pembangkit listrik energi terbarukan, yang menegaskan posisinya sebagai pemimpin dunia dalam transisi menuju energi hijau.

Berdasarkan laporan dari Badan Energi Nasional (National Energy Administration/NEA) pada Selasa (21/1/2025), pencapaian ini didorong oleh penambahan kapasitas sebesar 277 gigawatt (GW) sepanjang tahun 2024.

Penambahan ini merupakan yang tertinggi dalam sejarah dan melampaui rekor tahun sebelumnya yang juga dipegang oleh China, yaitu sebesar 217 GW.

Instalasi energi terbarukan ini juga menandakan bahwa China telah mencapai bauran energi terbarukan lebih cepat dari target yang ditetapkan untuk tahun 2030.

Menurut laporan dari Reuters, perkembangan pesat dalam sektor energi hijau ini membuat tiga dari empat analis memperkirakan akan terjadi stagnasi atau penurunan dalam output tenaga fosil, karena energi terbarukan mampu memenuhi pertumbuhan permintaan listrik secara keseluruhan, yang diperkirakan berkisar antara 6% hingga 7,5%, dibandingkan dengan pertumbuhan tahun lalu yang mencapai 6,8%.



Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.