Foto: CNBC Indonesia

Bahlil Menyatakan Keyakinannya Bahwa Hilirisasi Sektor Pertambangan Akan Terus Berlanjut Di Bawah Kepemimpinan Prabowo

Jumat, 20 Sep 2024

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa program hilirisasi di sektor pertambangan akan terus berlanjut di bawah pemerintahan Prabowo Subianto. Bahlil menjelaskan bahwa program ini telah berhasil menciptakan nilai tambah dan memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan negara.

"Program ini akan dilanjutkan. Pak Prabowo juga telah menekankan pentingnya hilirisasi," ungkap Bahlil saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, pada Jumat (20/9/2024).

Bahlil juga menekankan komitmennya untuk mempercepat program hilirisasi di sektor pertambangan, termasuk hilirisasi bauksit, timah, tembaga, dan lainnya. Hal ini dilakukan setelah keberhasilan hilirisasi komoditas nikel yang telah memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia.

"Saya ingin menegaskan bahwa hilirisasi ini sudah berjalan. Nikel sudah menunjukkan hasil yang baik. Kini, kita akan melanjutkan hilirisasi di komoditas lainnya, seperti bauksit, tembaga, dan timah," jelas Bahlil.

Menurut Bahlil, hilirisasi industri nikel dan sumber daya alam lainnya merupakan faktor kunci dalam upaya pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia agar dapat mencapai lebih dari 5%. 

"Namun, saat ini kami sedang melakukan penataan terhadap bahan baku yang ada. Kami ingin memastikan bahwa bahan baku tersebut diserahkan kepada perusahaan yang mampu melakukan hilirisasi atau bekerja sama dengan industri terkait," tuturnya.

Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, sering kali menampilkan hasil dari 'program unggulannya', khususnya dalam konteks hilirisasi nikel. Data menunjukkan bahwa nilai ekspor dari hilirisasi ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan.

Menurut informasi yang disampaikan oleh Presiden Jokowi, nilai ekspor hilirisasi nikel Indonesia melonjak drastis, dari Rp 33 triliun saat hanya mengekspor bijih nikel, kini meningkat menjadi Rp 510 triliun.

"Seperti yang disampaikan oleh Menko Luhut Binsar Pandjaitan, saat ini nilai ekspor nikel kita mencapai US$ 34 miliar, dari sebelumnya Rp 33 triliun meloncat menjadi sekitar Rp 510 triliun," kata Presiden Jokowi dalam acara peresmian pabrik bahan anoda baterai lithium milik PT Indonesia BTR New Energy Material di Kendal, Jawa Timur, pada Rabu (7/7/2024).

Jokowi mengakui bahwa kebijakannya dalam mengembangkan hilirisasi dengan menghentikan ekspor bijih nikel ke luar negeri mendapatkan berbagai tanggapan, baik positif maupun negatif. Salah satunya adalah gugatan dari Uni Eropa kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

"Kita kalah dalam gugatan tersebut, tetapi saya ingin menegaskan bahwa negara ini adalah negara yang berdaulat, dan kepentingan nasional adalah prioritas utama bagi kita. Kita tidak bisa didikte oleh pihak manapun," jelas Jokowi.

Yang terpenting saat ini, menurut Jokowi, adalah Indonesia telah memulai pengembangan industri sebagai bagian dari ekosistem besar kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV). Dengan demikian, impian untuk menciptakan ekosistem kendaraan listrik yang kuat dan terintegrasi mulai terwujud satu per satu.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.