Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia melalui bandara internasional, pelabuhan internasional, dan pos lintas batas mengalami penurunan yang signifikan hingga Maret 2025. Pada bulan tersebut, tercatat hanya 841.030 kunjungan, menurun sebesar 2,18% dibandingkan dengan Februari 2025 yang mencapai 891.210 orang. Jika dibandingkan dengan Maret 2024, penurunan lebih dalam terjadi, yaitu sebesar 5,63% karena saat itu terdapat 859.800 kunjungan. Selain itu, jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke berbagai destinasi wisata di dalam negeri juga mengalami penurunan pada Maret 2025. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah perjalanan wisatawan nusantara pada Maret 2025 hanya mencapai 88,90 juta perjalanan, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatat 90,49 juta perjalanan. Wakil Menteri Keuangan RI, Anggito Abimanyu, menjelaskan bahwa kondisi perekonomian Indonesia secara keseluruhan menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Diketahui bahwa defisit APBN per Maret 2025 mencapai Rp 104,2 triliun, atau setara dengan 0,43% dari produk domestik bruto (PDB). Angka ini merupakan sekitar 16,9% dari target defisit anggaran pendapatan dan belanja negara untuk tahun 2025 yang sebesar Rp 616,2 triliun, atau setara dengan 2,53% dari PDB. "Saat ini, APBN kita sudah mulai surplus dan primary balance kita juga positif. Jika kita melihat data Januari dan Februari, memang terlihat mengkhawatirkan. Namun, jika kita perhatikan Maret dan April, situasinya sudah mulai membaik," ungkap Anggito dalam acara Kagama Forum Leaders, Rabu (14/5/2025). Ia mengakui bahwa pada awal tahun, sektor pariwisata dan perhotelan mengalami penurunan. Namun, saat ini, sejumlah hotel di berbagai daerah telah menunjukkan peningkatan tingkat hunian. Saya juga pernah bertemu dengan rekan-rekan di sektor pariwisata, dan pada bulan Januari serta Februari mereka merasa cukup khawatir. Hotel-hotel mulai mengalami kesulitan. Ketika saya kembali ke Yogyakarta pada bulan Maret-April, saya mendapati bahwa sulit untuk menemukan hotel atau tempat makan yang tersedia. Selain itu, ia menyatakan bahwa minat masyarakat terhadap konser musik juga merupakan salah satu tanda meningkatnya sektor pariwisata. "Kemarin saya bertanya kepada produsen Kahitna dan Boyz II Men, tiketnya sudah terjual habis. Bahkan, acara diadakan selama dua hari karena overbooking. Meskipun harga tiketnya berkisar antara Rp 1,5 juta hingga Rp 5 juta, saya rasa ekonomi tetap baik," ujarnya. Efek dari Efisiensi Pemerintah Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Maulana Yusran, sebelumnya menyatakan bahwa saat ini hotel tidak lagi mempekerjakan pekerja harian karena kebutuhan tersebut sudah tidak ada. Penyebab utama adalah sepinya acara yang diselenggarakan oleh pemerintah akibat adanya efisiensi belanja. Peran pemerintah sangat signifikan, berkisar antara 40-60%, namun jika diamati, banyak daerah yang kontribusinya melebihi angka tersebut, mencapai 70%. Hal ini disebabkan oleh besarnya pasar pemerintah dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan melalui pertemuan di hotel, yang mendorong pertumbuhan konvensi, terutama dalam kondisi saat ini," jelas Maulana kepada CNBC Indonesia, Selasa (28/4/2025). Oleh karena itu, banyak pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dan dirumahkan. Hotel yang paling terdampak adalah hotel yang menyelenggarakan MICE (pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran). "Sekitar 50% telah mengalami penurunan, terutama hotel yang berfokus pada venue MICE, karena permintaan untuk itu tidak ada. Tidak mungkin kita dapat menyerap tenaga kerja jika tidak ada pesanan untuk kita," tambah Maulana.