Pembentangan bendera merah putih yang mencapai panjang 12,77 kilometer di Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat, melibatkan seluruh elemen masyarakat dan berhasil mencatatkan rekor di Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI). Pencapaian ini diakui dengan pemberian piagam penghargaan oleh Senior Manajer MURI, Triyono, kepada Penjabat Gubernur Papua Barat, Ali Baham Temongmere, pada Rabu sore di Manokwari. Triyono menjelaskan bahwa kegiatan pembentangan bendera merah putih ini diinisiasi oleh Pemerintah Provinsi Papua Barat sebagai bagian dari perayaan HUT Ke-79 Republik Indonesia. "Rekor ini melampaui rekor sebelumnya yang dipegang oleh Pemkot Jayapura dengan panjang 10,76 kilometer," ungkap Triyono. Ia juga menambahkan bahwa pemerintah provinsi sebelumnya menargetkan pembentangan bendera merah putih sepanjang 13,27 kilometer, namun terdapat beberapa titik yang mengalami pengendoran. Syarat untuk memperoleh rekor dunia dengan tema pembentangan bendera merah putih terpanjang adalah harus melebihi pencapaian yang telah tercatat sebelumnya oleh MURI. "Pemerintah Papua Barat menargetkan panjang 13,27 kilometer, meskipun terdapat beberapa kendala, namun berhasil memecahkan rekor dunia pada tahun 2024," ungkap Triyono. Penjabat Gubernur Papua Barat, Ali Baham Temongmere, menyatakan bahwa pembentangan bendera merah putih merupakan langkah untuk meningkatkan rasa cinta terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembentangan bendera yang dimulai dari Jalan Trikora Wosi (Distrik Manokwari Barat) hingga depan Kantor Kwarda Papua Barat (Distrik Manokwari Timur) melibatkan seluruh elemen masyarakat. "Dalam waktu kurang lebih tiga jam, Papua Barat menciptakan sejarah baru dengan membentangkan kain merah putih terpanjang di Indonesia," kata Ali Baham. Meskipun demikian, ia menyatakan bahwa panjang bendera merah putih yang terdiri dari empat angka melambangkan empat pilar yang menjadi dasar dalam pembangunan bangsa dan negara di masa depan. Keempat pilar tersebut adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika, yang harus diterapkan secara konsisten untuk menjaga keberagaman. "Jiwa dan raga Bangsa Indonesia dibangun di atas empat pilar tersebut, yang tentunya harus dipahami oleh seluruh elemen masyarakat," kata Ali Baham. Ia menambahkan bahwa peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia merupakan kesempatan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan dalam mendukung keberhasilan program pembangunan. Pemerintah memerlukan dukungan dan partisipasi dari sektor swasta, BUMN, BUMD, serta tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda, dan tokoh masyarakat di Papua Barat untuk merealisasikan program tersebut. "Mari kita semua bersinergi mendukung kelancaran pembangunan menuju Indonesia Emas 2045. Papua Barat tetap unggul dalam kerangka NKRI," tuturnya.